Jika 3D printing sudah mengubah dunia manufaktur, kini hadir evolusi baru bernama 4D printing. Teknologi ini memungkinkan objek cetakan berubah bentuk atau fungsi setelah dibuat, berkat material pintar yang responsif terhadap lingkungan.
Bayangkan kursi yang bisa melipat sendiri saat tidak digunakan, atau pipa air yang bisa memperbaiki retakan secara otomatis. Semua itu dimungkinkan dengan kombinasi desain digital, material canggih, dan pemicu eksternal seperti suhu, kelembapan, atau cahaya.
Keunggulannya adalah efisiensi tinggi. Produk bisa lebih tahan lama, adaptif, dan minim perawatan. Dunia medis bahkan memanfaatkan 4D printing untuk membuat implan yang menyesuaikan diri dengan tubuh pasien.
Selain medis, industri konstruksi juga melihat potensi besar. Bangunan masa depan bisa dibuat dengan material yang otomatis menyesuaikan diri dengan cuaca, sehingga lebih ramah lingkungan.
Namun, tantangan tetap ada. Biaya produksi masih tinggi, material terbatas, dan teknologi ini masih dalam tahap riset.
Meski begitu, 4D printing dianggap masa depan manufaktur. Banyak universitas dan perusahaan teknologi besar berinvestasi besar dalam risetnya.
Jika 3D printing membuka jalan, maka 4D printing adalah langkah berikutnya menuju dunia di mana benda mati bisa menjadi “hidup” dengan kemampuan adaptif.