Dunia fashion kini memasuki era baru dengan munculnya tren genderless fashion. Konsep ini menolak batasan tradisional antara pakaian pria dan wanita, memberi kebebasan penuh dalam berekspresi.
Generasi muda, terutama Gen Z, melihat fashion sebagai identitas personal, bukan sekadar label gender. Kaos longgar, celana netral, hingga aksesori unisex menjadi pilihan populer.
Banyak brand besar seperti Gucci dan Louis Vuitton sudah meluncurkan koleksi genderless. Bahkan, brand lokal kini ikut menghadirkan desain yang bisa dipakai siapa saja.
Fenomena ini bukan sekadar tren fashion, tetapi juga gerakan sosial. Genderless fashion menjadi simbol inklusivitas, keberagaman, dan kebebasan memilih.
Namun, tidak sedikit yang menentang. Ada yang menganggap tren ini merusak norma tradisional dan membingungkan identitas gender. Meski begitu, dukungan global terus meningkat.
Media sosial mempercepat perkembangan tren ini. Influencer dan selebriti ikut mempopulerkan gaya tanpa label gender, menciptakan normal baru di dunia fashion.
Selain gaya, genderless fashion juga sejalan dengan keberlanjutan. Dengan desain netral, pakaian bisa dipakai lebih lama dan lintas generasi.
Fashion genderless membuktikan bahwa pakaian bukan lagi soal pria atau wanita, tetapi tentang siapa kita dan bagaimana kita memilih mengekspresikannya.