Energi terbarukan terus berkembang, dan kini para ilmuwan tengah meneliti baterai berbahan air laut sebagai alternatif ramah lingkungan. Teknologi ini berpotensi menjadi solusi krisis energi global.
Baterai air laut menggunakan natrium yang melimpah di lautan sebagai pengganti litium. Dengan cadangan hampir tak terbatas, teknologi ini bisa memangkas ketergantungan pada tambang litium yang mahal dan merusak lingkungan.
Keunggulan lain ada pada biaya. Produksi baterai natrium jauh lebih murah dibanding litium-ion, sehingga akses energi bersih bisa lebih merata di seluruh dunia.
Selain untuk kendaraan listrik, baterai air laut juga bisa digunakan untuk penyimpanan energi skala besar. Misalnya, menyimpan energi dari panel surya atau turbin angin agar tetap stabil digunakan saat malam atau cuaca buruk.
Namun, tantangan teknis masih ada. Baterai natrium cenderung lebih berat dan kurang efisien dibanding litium, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan performanya.
Meski begitu, perusahaan energi besar dan universitas ternama sudah gencar melakukan riset. Beberapa prototipe bahkan mulai diuji untuk kebutuhan rumah tangga.
Jika berhasil dikomersialisasikan, baterai air laut bisa merevolusi sektor energi terbarukan. Dunia tidak lagi harus khawatir kehabisan sumber daya penting.
Masa depan energi hijau mungkin ada di lautan, bukan di tambang.